Jumat, 19 Oktober 2018

Tugas Softskill Audit Teknologi Sistem Informasi

1.PENGENDALIAN APLIKASI


I PENDAHULUAN

Sejarah Audit SI/TI.
Audit SI/TI aktivitas pengumpulan dan pengevaluasian bukti untuk penentuan apakah proses TI yang berlangsung dalam perusahaan telah dikelola sesai dengan standar dan dilengkapi dengan objektif kontrol untuk mengawasi penggunaannya serta apakah telah memenuhi tujuan bisnis secara efektif. Audit SI/TI dapat menekankan pada penggunaan keterpaduan antara uji kepatutan maupun uji secara substantif yang komposisi/banyaknya digunakan secara seimbang sesuai dengan kondisi proses yang diaudit.Audit SI/TI yang pada awalnya lebih dikenal sebagai EDP Audit  (Electronic Data Processing) telah mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan Audit SI/IT ini didorong oleh kemajuan teknologi dalam sistem keuangan, meningkatnya kebutuhan akan kontrol IT, dan pengaruh dari komputer itu sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugas penting.
Pemanfaatan teknologi komputer ke dalam sistem keuangan telah mengubah cara kerja sistem keuangan, yaitu dalam penyimpanan data, pengambilan kembali data, dan pengendalian. Sistem keuangan pertama yang menggunakan teknologi komputer muncul pertama kali tahun 1954. Selama periode 1954 sampai dengan 1960-an profesi audit masih menggunakan komputer. Pada pertengahan 1960-an terjadi perubahan pada mesin komputer, dari mainframe menjadi komputer yang lebih kecil dan murah. Pada tahun 1968, American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) ikut mendukung pengembangan EDP auditing. Sekitar periode ini para auditor bersama-sama mendirikan Electronic Data Processing Auditors Association (EDPAA). Tujuan lembaga ini adalah untuk membuat suatu tuntunan, prosedur, dan standar bagi audit EDP. Pada tahun 1977, edisi pertama Control Objectives diluncurkan. Publikasi ini kemudian dikenal sebagai Control Objectives for Information and Related Technology (CobiT). Tahun 1994, EDPAA mengubah namanya menjadi Information System Audit (ISACA).

Definisi Audit  SI/TI.
Menurut ISACA-CISA Proses sistematis yang dilakukan dengan memperhatikan keobjektifan dari pihak yang kompeten dan independen dalam perolehan dan penilaian bukti-bukti  terhadap tuntutan-tuntutan yang terkait dengan hal-hal atau kejadian yang bersifat ekonomis. Tujuan dari kegiatan audit adalah memberikan gambaran kondisi tertentu yang berlangsung  di perusahaan dan pelaporan mengenai pemenuhan terhadap sekumpulan standar yang terdefinisi.

Jenis Audit SI/TI.
Sistem dan aplikasi Audit yang berfungsi untuk memeriksa apakah sistem dan aplikasi sesuai dengan kebutuhan organisasi, berdayaguna, dan memiliki kontrol yang cukup baik untuk menjamin keabsahan, kehandalan, tepat waktu, dan keamanan pada input, proses, output pada semua tingkat kegiatan sistem.

Fasilitas pemrosesan informasi.
Audit yang berfungsi untuk memeriksa apakah fasilitas pemrosesan terkendali untuk menjamin ketepatan waktu, ketelitian, dan pemrosesan aplikasi yang efisien dalam keadaan normal dan buruk.

Pengembangan sistem.
Audit yang berfungsi untuk memeriksa apakah sistem yang dikembangkan mencakup kebutuhan obyektif organisasi.

Arsitektur perusahaan dan manajemen TI.
Audit yang berfungsi untuk memeriksa apakah manajemen TI dapat mengembangkan struktur organisasi dan prosedur yang menjamin kontrol dan lingkungan yang berdaya guna untuk pemrosesan informasi.

Client/Server, telekomunikasi, intranet, dan ekstranet.
Suatu audit yang berfungsi untuk memeriksa apakah kontrol-kontrol berfungsi pada client, server, dan jaringan yang menghubungkan client dan server.

Metodologi Audit SI/TI

Dalam praktiknya, tahapan-tahapan dalam audit SI/TI tidak berbeda dengan audit pada umumnya, sebagai berikut :


1. Tahapan Perencanaan.
            Sebagai suatu pendahuluan mutlak perlu dilakukan agar auditor mengenal benar obyek yang akan diperiksa sehingga menghasilkan suatu program audit yang didesain sedemikian rupa agar pelaksanaannya akan berjalan efektif dan efisien.

2. Mengidentifikasikan resiko dan kendali.
Untuk memastikan bahwa qualified resource sudah dimiliki, dalam hal ini aspek SDM yang berpengalaman dan juga referensi praktik-praktik terbaik.
3. Mengevaluasi kendali dan mengumpulkan bukti- bukti.
Melalui berbagai teknik termasuk survei, interview, observasi, dan review dokumentasi.
4. Mendokumentasikan.
            Mengumpulkan temuan-temuan dan mengidentifikasikan dengan auditee.
5. Menyusun laporan.
Mencakup tujuan pemeriksaan, sifat, dan kedalaman pemeriksaan yang dilakukan.

Cakupan Audit SI/TI

Audit Sistem/Teknologi Informasi sendiri merupakan gabungan dari berbagai macam ilmu,yaitu:

  •   Traditional Audit
  •   Manajemen Sistem Informasi
  •   Sistem Informasi
  •   Akuntansi
  •   Ilmu Komputer
  •  Behavioral Science.




II LANDASAN TEORI

Pengertian Pengendalian ( Pengendalian Aplikasi)
Pengendalian Aplikasi (Application Control), bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran transaksi sah serta pemutakhiran file-file induk akan menghasilkan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu.

Pengendalian aplikasi ini dibagi menjadi tiga kategori pengendalian, yakni pengendalian atas masukan, pengendalian atas pengolahan dan file data komputer, serta pengendalian atas keluaran. Lebih lanjut tujuan pengendalian aplikasi ini adalah untuk memperoleh keyakinan:
1.      Bahwa setiap transaksi telah diproses dengan lengkap dan hanya diproses satu kali
2.      Bahwa setiap data transaksi berisi informasi yang lengkap dan akurat
3.      Bahwa setiap pemrosesan transaksi dilakukan dengan benar dan tepat
4.      Bahwa hasil-hasil pemrosesan digunakan sesuai dengan maksudnya
5.      Bahwa aplikasi-aplikasi yang ada dapat berfungsi terus.

Tujuan Pengendalian (Pengendalian Aplikasi)
Tujuan Utama dari pengendalian aplikasi adalah :
1.      Melindungi
2.      Mendeteksi
3.      Mengoreksi kesalahan dalam transaksi
Memastikan integritas masukan aplikasi tertentu dan yang disimpan,program,transmisi data dan output.

Komponen Pengendalian
5 Komponen Sistem Pengendalian Internal menurut COSO :
1.      Control Environment (Lingkungan Pengendalian)
Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen Pengendalian Internal lainnya, memberikan disiplin dan struktur. Faktor lingkungan pengendalian termasuk :
·         Integritas, nilai etika dan kemampuan orang-orang dalam entitas
·         Filosofi manajemen dan Gaya Operasi
·         Cara Manajemen untuk menentukan wewenang dan tanggung jawab, mengorganisasikan dan mengembangkan orang-orangnya
·         Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
·         Perhatian dan arahan yang diberikan dewan direksi

2.      Risk Assesment (Penilaian Resiko)
Seluruh entitas menghadapi berbagai macam resiko dari luar dan dalam yang harus ditaksir. Prasyarat dari Risk Assessment adalah penegakan tujuan, yang terhubung antara tingkatan yang berbeda, dan konsisten secara internal. Risk Assessment adalah proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko spesial terkait dengan perubahan tersebut.

3.      Control Activities (Aktivitas Pengendalian)
Control Activities adalah kebijakan dan prosedur membantu meyakinkan manajemen bahwa arahannya telah dijalankan. Control Activities membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil dalam menghadapi resiko sehingga tujuan entitas dapat tercapai. Control Activities terjadi pada seluruh organisasi, pada seluruh level, dan seluruh fungsi. Control activities termasuk berbagai kegiatan yang berbeda-beda, seperti :
·         Penyetujuan (Approvals)
·         Otorisasi (Authorization)
·         Verifikasi (Verifications)
·         Rekonsiliasi (Reconciliations)
·         Review terhadap performa operasi (Reviews of Operating Performance)
·         Keamanan terhadap Aset (Security of Assets)
·         Pemisahan tugas (Segregation of duties)

4.      Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)
Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe yang memungkinkan orang-orang menjalankan tanggung jawabnya. Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang dihasilkan internal, tetapi juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas, mengalir ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi. Seluruh personel harus menerima dengan jelas pesan dari manajemen teratas bahwa pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius. Para personel harus mengerti peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana mereka mengerti bahwa kegiatan individu mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain. Mereka harus memiliki niat untuk mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada atasannya. Selain itu juga dibutuhkan komunikasi efektif dengan pihak eksternal, seperti customer, supplier, regulator, dan Pemegang Saham.

5.      Monitoring (Pemantauan)
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini termasuk manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang dilakukan personel dalam menjalankan tugasnya. Luas dan frekuensi evaluasi terpisah, akan tergantung pada terutama penaksiran resiko dan efektifnya prosedur monitoring yang sedang berlangsung. Ketergantungan sistem pengendalian harus dilaporkan kepada atasan dengan masalah yang serius juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.
Yang merupakan Soft Control sebagai berikut :
·         Lingkungan pengendalian (Control Environment)
·         Penilaian resiko (Risk Assesment)
Yang merupakan Hard Control sebagai berikut :
·         Aktivitas pengendalian (Control Activities)
·         Informasi dan komunikasi (Information and Communication)
·         Pemantaun (monitoring)

Pihak yang terlibat dalam COSO
Dokumen COSO menyatakan bahwa pihak-pihak yang terlibat terkait Pengendalian Internal adalah dewan komisaris, manajemen, dan pihak-pihak lainnya yang mendukung pencapaian tujuan organisasi. Serta menyatakan bahwa tanggung jawab atas penetapan, penjagaan, dan pengawasan sistem Pengendalian Internal adalah tanggung jawab manajemen.

Tujuan Pengendalian ( Pengendalian Aplikasi) bagi Organisasi
Tujuan pengendalian aplikasi bagi organisasi adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa :
1.      Setiap transaksi telah diproses dengan lengkap dan hanya diproses satu kali
2.      Setiap data transaksi berisi informasi yang lengkap dan akurat
3.      Setiap pemrosesan transaksi dilakukan dengan benar dan tepat
4.      Hasil-hasil pemrosesan digunakan sesuai dengan maksudnya
5.       Aplikasi-aplikasi yang ada dapat berfungsi secara berkesinambungan


III ANALISA STUDI KASUS


Study Kasus : Proses Bisnis PT PKJ
 

PT PKJ mengawali usahanya pada tahun 1970-an berupa toko material dan bangunan yang
berlokasi di Kalimantan. Pada tahun 1980-an, salah satu produsen keramik di Indonesia menawarkan
keramik reject secara gratis dengan alasan barang-barang tersebut tidak ada peminatnya dan sangat
menyita tempat. Sementara jika dibuang dibutuhkan biaya yang cukup besar. Setelah melihat barang
yang dimaksud, beliau bersedia menampungnya. Sesampainya di gudang kemenangan keramikkeramik
tersebut dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel (bahkan harus sampai disikat
karena sudah terlalu lama sehingga berlumut). Kemudian dipotong dan diikat. Selanjutnya, keramikkeramik
tersebut disusun didepan toko untuk dipasarkan. Respon masyarakat pada saat itu cukup baik
sehingga keramik tersebut terjual habis dengan harga jual yang cukup layak.
Dengan melihat hal tersebut, tim cikal bakal PT PKJ merasakan bahwa peluang bisnis produk
keramik di Indonesia di masa mendatang dinilai akan terus meningkat. Maka mereka mendatangi
produsen keramik reject yang dimaksud dan menyatakan bahwa mereka sudah berhasil mejual
keramik yang diberikan dengan hasil sekian dan bermaksud membayar senilai 50% dari total nilai
uang yang ia peroleh. Pihak produsen menolak uang yang dimaksud karena awal pemberian keramik
reject dimaksud diberikan secara cuma-cuma dan juga sudah merasa sangat dibantu karena barangbarang
tersebut dapat terjual habis dan tidak menyita banyak tempat di pabriknya.
Pada tahun 1993, PT PKJ didirikan untuk memasarkan seluruh produk yang dihasilkan dengan
total dealer sejumlah dari 60 dealer yang tersebar hampir di seluruh propinsi di Indonesia dengan
masing-masing dealer memiliki 100-200 subdealer, sehingga total pelanggan PT PKJ saat ini sudah
lebih dari 6000 sub-dealer.
Berbagai macam produk sudah bisa dihasilkan dan berhasil didistribusikan ke seluruh pasar
Indonesia seta ke beberapa mancanegara. Mulai dari produk ukuran kecil gingga ke ukuran besar,
mulai dari yang bercorak sederhana hingga yang kompleks pembuatannya. Kesadaran pengguna
keramik sesuai dengan spesifikasi juga sudah mulai diterapkan oleh pengguna keramik di Indonesia.
Sehingga boleh dikatakan bahwa pasar bahan bangunan keramik di Indonesia sudah dewasa dan sudah
dapat menyesuaikan dengan tren pasar maupun tren gaya hidup modern sekarang ini.
Audit Sistem Informasi … (Iwan Kurniawan Widjaya) 107
Proses bisnis yang digambarkan adalah proses bisnis dalam penjualan tunai. Proses bisnis
tersebut adalah sebagai berikut:

Konsumen datang untuk membeli barang dan dilayani oleh bagian marketing. Ketika
konsumen sudah dapat barang yang ingin dibeli, bagian marketing membuat SO lalu diberikan untuk
konsumen tersebut. Kemudian, konsumen membayar biayanya ke bagian kasir dengan menunjukkan
SO yang telah dibuat oleh bagian marketing. Kasir menerima pembayaran dari konsumen, lalu kasir
membuat struk pembayaran sebanyak tiga rangkap: (1) struk asli diberikan untuk konsumen; (2)
rangkap warna merah untuk kasir; (3) rangkap warna hijau untuk CS sebagai bukti pengambilan
barang dari gudang yang telah ditempel tanda lunas.
Lalu konsumen pulang dengan membawa struk pembayaran asli untuk bukti pembelian barang
pada saat barang dikirim. Kemudian CS membuat DO dari struk pembayaran untuk diserahkan ke
bagian gudang untuk mengambil barang. Lalu barang diambil untuk diperiksa dahulu lalu disiapkan
untuk dikirim ke konsumen.
Setelah itu, CS membuat surat jalan tiga rangkap untuk dibawa supir ke konsumen. Lalu surat
jalan dicocokkan dengan barang yang akan dikirim. Setelah barang dan surat jalan siap dikirim, supir
tersebut mengirim barang ke konsumen yang telah membeli barang tersebut.
Setelah barang diterima, konsumen menunjukkan struk pembayaran sebagai bukti pembelian
barang. Lalu konsumen menandatangani surat jalan. Surat jalan asli diserahkan kepada konsumen.
Dua rangkap sisanya dibawa kembali oleh supir untuk diserahkan kepada CS.
Setelah kembali ke kantor, supir menyerahkan surat jalan dua rangkap sisanya kepada bagian
CS. Satu rangkap pertama di buat arsip oleh CS tersebut. Satu arsip lagi diserahkan kepada Accounting
division untuk diarsip.
Pada sore hari bagian kasir membuat laporan penjualan atau omset dari penjualan pada hari
itu. Rincian laporan tersebut adalah jumlah keseluruhan dari uang kas, ditambah kartu kredit, ditambah
debit, ditambah transfer, ditambah pelunasan, lalu dikurangi dengan penjualan sisa ditempat sama
dengan netto penjualan. Laporan tersebut nantinya akan diserahkan kepada head cashier beserta bukti
struk penjualan atau faktur penjualan pada hari itu untuk diperiksa atau diteliti. Setalah diteliti laporan
tersebut diserahkan ke manager untuk bukti penjualan pada hari itu, dan manager melakukan
pengecekkan hasil laporan seminggu sekali.
Pada sistem tersebut setiap orang bisa mengakses sistem informasi penjualan tersebut jadi
tidak ada batasan pengendalian di mana hanya orang tertentu yang bisa mengakses sistem informasi
bagian pembelian bisa menggunakan aplikasi yang sama tanpa harus login terlebih dahulu dan hanya
menggunakan No. Id sesuai dengan bagiannya, itu dilakukan supaya pekerjaan lebih cepat selesai dan
update dari hari-ke hari, karena sistem tersebut hanya untuk bagian penjualan dan pembelian sehingga
diluar bagian tersebut tidak akan bisa mengaksesnya, dan yang bisa melihat hasilnya hanya pihak
atasan yang bisa mengakses hasilnya.



ANALISIS
Pada kasus diatas hasil temuan audit pada pt pkj,  beberapa pegawai memiliki akun masing masing yang diantaranya untuk manager memiliki akun yang dimana berfungsi untuk mengetahui laporan penjualan selama sehari penuh, yang mungkin akan di cek hanya 1 minggu yang harus melakukan login terlebih dahulu sebelum melihat laporan. Untuk kepala kasir memiliki akun untuk menginput data yang sudah dihitung di netto penjualan yang nantinya dapat dilihat oleh manajer.

Pada proses penjualan dan pembelian masih dalam satu aplikasi dan memiliki server yang berbeda sehingga data yang tersimpan masing-masing tidak terjadi tabrakan data , yang bertujuan agar data yang tersimpan tidak mengalami tabrakan data. Yaitu jika menggunakan satu server saja tidak memungkinkan data akan tersimpan dengan baik dan dapat mudah mengetahui mana saja yang untuk penjualan dan untuk bagian pembelian. Dan mudah pada saat proses pemanggilan.

membentuk satu bagian untuk melakukan pengawasan dan maintanance system , bagian ini sangat penting bagi aplikasi terlebih lagi aplikasi yang digunakan yaitu banyaknya data yang tersimpan dan adanya input data untuk laporan ke bagian manager. Adanya maintenance system digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan kulaitas sistem dan menanggulangi bug yang terdapat pada aplikasi.



2. Standar dan Panduan Audit Sistem Informasi
1. ISACA
ISACA adalah suatu organisasi profesi internasional di bidang tata kelola teknologi informasi yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1967. Awalnya dikenal dengan nama lengkap Information Systems Audit and Control Association, saat ini ISACA hanya menggunakan akronimnya untuk merefleksikan cakupan luasnya di bidang tata kelola teknologi informasi.
ISACA didirikan oleh individu yang mengenali kebutuhan untuk sumber informasi terpusat dan bimbingan dalam bidang tumbuh kontrol audit untuk sistem komputer. Hari ini, ISACA memiliki lebih dari 115.000 konstituen di seluruh dunia dan telah memiliki kurang lebih 70.000 anggota yang tersebar di 140 negara. Anggota ISACA terdiri dari antara lain auditor sistem informasi, konsultan, pengajar, profesional keamanan sistem informasi, pembuat perundangan, CIO, serta auditor internal. Jaringan ISACA terdiri dari sekitar 170 cabang yang berada di lebih dari 60 negara, termasuk di Indonesia.
• Sifat khusus audit sistem informasi, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan audit SI memerlukan standar yang berlaku secara global
• ISACA berperan untuk memberikan informasi untuk mendukung kebutuhan pengetahuan
• Dalam famework ISACA terkait, audit sistem informasi terdapat Standards, Guidelines and procedures
• Standar yang ditetapkan oleh ISACA harus diikuti oleh auditor.
• Guidelines memberikan bantuan tentang bagaimana auditor dapat menerapkan standar dalam berbagai penugasan audit.
• Prosedur memberikan contoh langkah-langkah auditor dapat mengikuti penugasan audit tertentu sehingga dapat menerapkan standar.
• Namun, IS auditor harus menggunakan pertimbangan profesional ketika menggunakan pedoman dan prosedur.
2. COSO
The Comitte of Sponsoring Organizations of the treadway commission’s (COSO) dibentuk pada tahun 1985 sebagai alinasi dari 5 (lima) organisasi professional. Organisasi tersebut terdiri dari American Accounting Association, American Instititue of Certified Public Accountants, Financial Executives International, Instititute of Management Accountants, dan The Institute of Internal Auditors. Koalisi ini didirikan untuk menyatukan pandangan dalam komunitas bisnis berkaitan dengan isu-isu seputar pelaporan keuangan yang mengandung fraud.
Secara garis besar, COSO menghadirkan suatu kerangka kerja yang integral terkait dengan definisi pengendalian intern, komponen-komponennya, dan kriteria pengendalian intern yang dapat dievaluasi. Pengendalian internal terdiri dari 5 komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut memberikan kerangka kerja yang efektif untuk menjelaskan dan menganalisa sistem pengendalian internal yang diimplementasikan dalam suatu organisasi. Komponen-komponen tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian resiko
3. Aktifitas pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan
3. ISO 1799
Menghadirkan sebuah standar untuk sistem manajemen keamanan informasi yang meliputi dokumen kebijakan keamanan informasi, alokasi keamanan informasi tanggung jawab menyediakan semua pemakai dengan pendidikan dan pelatihan di dalam keamanan informasi, mengembangkan suatu sistem untuk laporan peristiwa keamanan, memperkenalkan virus kendali, mengembangkan suatu rencana kesinambungan bisnis, mengikuti kebutuhan untuk pelindungan data, dan menetapkan prosedur untuk mentaati kebijakan keamanan.

 Referensi:
pdf (18-10-2018/11:00)
  (18-10-2018/10:55)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar